Cara-cara penerbitan buku secara indie dapat dilakukan dengan prosedur dan tahapan berikut (ini sudah menjadi prosedur standar).
1. Menentukan naskah yang akan diterbitkan
2. Menentukan lay-out naskah dan ukuran buku yang akan diterbitkan
3. Membuat ISBN (International Standard Book Number)
4. Mencetak naskah setelah design selesai
5. Penentuan harga buku
6. Mendistribusikan buku pada pembaca
Bagaimana dengan biaya-biaya yang dibutuhkan untuk melakukan keenam tahapan itu? Untuk penentuan naskah yang mau diterbitkan bisa dilakukan sendiri, jadi gratis. Untuk urusan design bisa diserahkan pada orang lain atau dilakukan sendiri untuk menghemat biaya namun menyita waktu, kecuali kita ini pengangguran. Kalau dikerjakan orang lain tentu hasilnya akan lebih memuaskan dan design isi buku juga akan lebih menarik dan bagus. Namun perlu biaya, biasanya dikenakan biaya per lembar, rata-rata antara 5000 hingga 20.000 Rupiah per lembarnya, tergantung sang designer, kalau teman kita sendiri harga itu bisa ditekan (kalau tega).
Selesai pendesainan, kita perlu mencetak isi buku tersebut, kecuali kalau kita mau menjualnya dalam bentuk ebook, tak perlu susah-susahlah mencetak. Namun sebelum dicetak, kita harus membuat ISBN dulu. Adakalanya penerbit-penerbit Indie tidak membuat ISBN ini. Sekadar pengetahuan, ISBN adalah pengindentifikasi unik (nomor identifikasi) untuk buku-buku yang digunakan secara komersial.
Untuk biaya cetak carilah yang termurah (sudah pasti), apalagi kalau design buku yang sederhana tentu akan lebih murah lagi ongkos cetaknya. Kalau isi buku berwarna butuh biaya cetak yang besar, apalagi kalau dicetak di atas kertas art paper, akan lebih mahal lagi. Saat ini biaya cetak berkisar antara Rp3.000 hingga Rp30.000 per buku. Asumsi harga ini tergambar dari harga-harga buku yang beredar di toko buku. Misalnya, kalau harga buku itu sekitar Rp21.000 maka ongkos cetaknya sekitar Rp3000 per buku. Kalau harga buku Rp210.000 maka ongkos cetaknya itu berkisar 30.000. Ketebalan buku juga sangat menentukan harga. Untuk menentukan harga buku ini ada penjelasan khusus (sabar ya).
Prinsipnya dalam dunia percetakan, biaya cetak akan semakin murah kalau cetaknya banyak. Rata-rata, penulis-penulis indie mencetak bukunya berkisar antara 500 hingga 2000 eksemplar (eks). Harga cetak 500 eks itu hampir sama dengan 1000 eks (beda tipislah). Jadi daripada nyetak 500 mendingan nyetak 1000 eks. Dan harga cetak 1000 eks itu lebih mahal daripada nyetak 2000 eks, jadi lebih baik nyetak 2000 eks. Kalau nyetak cuma 500 eks, harga buku jadi lebih mahal. Rata-rata setiap penerbit komersil untuk cetakan pertama, cetak bukunya berkisar antara 3000 hingga 10.000 eks (kecuali buku pelajaran yang bisa mencapai 30.000 eks untuk cetakan pertama).
Habis nyetak, yang perlu dipikirkan adalah penentuan harga jual buku. Salah satu cara yang paling sering digunakan antara lain ongkos produksi dikali tujuh (Biaya Produksi x 7). Ongkos produksi ini dihitung mulai biaya desain, cetak, dan wara-wiri (biaya transport). Pengalaman beberapa teman saya, untuk satu judul buku rata-rata mereka bisa menghabiskan dana sekitar Rp10-15juta. Kalau total biaya produksi yang dihabiskan sekitar Rp10 juta dan buku yang dicetak sebanyak 2000 eks berarti ongkos produksi sekitar Rp5000 setiap bukunya. Jadi, harga buku itu bisa mencapai: Rp35.000 (Rp5000 x 7). Keuntungan yang diperoleh dari menjual 1000 eks saja bisa mencapai Rp35juta, berarti dapat untung sekitar Rp25juta. Andai sisa 1000 eks lagi tak laku atau dijual murah, kita tetap masih untung. Bisa dibayangkan sebuah penerbit besar dapat keuntungan tiap tahunnya berapa?
Tahap terakhir adalah masalah pendistribusian. Saat ini masalah prndistribusian tak perlu dikhawatirkan, banyak penerbit besar yang bersedia mendistribusikan buku kita ke berbagai toko buku dan penjuru nusantara. Biasanya fee yang dibayarkan berdasarkan kesepakatan masing-masing. Sebuah distributor buku adakalanya meminta margin keuntungan paling tinggi sebesar 60 banding 40, 60% keuntungan buat mereka sedang 40% buat kita. Andai keuntungan mencapai Rp25juta maka Rp15juta buat mereka, sisanya Rp10juta buat kita. Berarti kita masih dapat untung 10juta untuk biaya produksi 10juta (lumayan kan). Itu kalau yang laku 1000 eks, kalau lebih dari itu tentu lebih banyak lagi. Kalau tak laku? Hmmm, namanya juga bisnis.
Keuntungan menggunakan jasa distributor buku itu antara lain kita tak perlu repot memikirkan biaya distribusi, transportasi, iklan, maupun gaji marketing, kita tinggal terima laporan hasil penjualan dan pembagian keuntungan. Bayangkan kalau kita harus mendistribusikan buku sendiri, tentu repot. Apalagi kalau kita tak punya jaringan atau transportasi, pasti lebih repot. Kalau mau menjual ke toko buku juga banyak persyaratannya, harus punya NPWP, SIUP, dan sebagainya. Belum lagi pembagian keuntungan yang hampir sama dengan jasa ditributor.
Cara-cara menjadi self publisher di atas merupakan satu alternatif kalau mau berorientasi profit.
Sumber: http://id.shvoong.com/how-to/money-and-business/2063499-rahasia-menjadi-self-publisher/#ixzz1R6LAv5oU
No comments:
Post a Comment