Sunday, July 17, 2011

Menghasilkan Uang dengan Kamera

Menghasilkan banyak uang untuk seorang profesional di bidang fotografi tentu merupakan hal yang wajar. Sebagai seorang yang sudah pro, anda tentu akan mendapat bayaran yang tinggi untuk foto yang anda hasilkan. Anda dapat memulai karier anda sebagai fotografer profesional, membuka  studio foto, bekerja sebagai fotografer untuk majalah, iklan, koran. Banyak tempat dan peluang terbuka untuk seorang fotografer profesional.

Namun, bagi anda yang bukan profesional dimana fotografi hanya merupakan hobi dan belum anda kembangkan secara fokus, anda juga dapat segera menghasilkan uang dari hobi anda tersebut. Jangan sia-siakan hobi anda. Sebaliknya, buatlah hobi anda menjadi produktif.

Anda yang merupakan amatur, yang sekedar memotret untuk kesenangan dan hobi, dengan perlengkapan fotografi yang seadanya,tetapi dapat menghasilkan kualitas foto yang cukup bagus, berbahagialah karena peluang usaha untuk segmen ini ada.

Beberapa peluang yang bagus untuk para amatur atau non-profesional adalah :
-          Koran lokal
-          Majalah lokal / majalah spesialis yang membahas tentang hobi
-          Perumahan
-          Internet
-          Jasa fotografi buat acara tertentu, seperti acara ulang tahun, pernikahan
-          Foto keluarga Outdoor

Koran lokal yang belum begitu terkenal membutuhkan jumlah foto yang cukup banyak, namun tentunya akan mahal untuk membayar seorang fotografer profesional. Inilah peluang anda. Anda dapat menjual foto anda yang original kepada mereka. Anda dapat mencari foto yang bagus tentang peristiwa-peristiwa penting untuk dikirimkan kepada redaksi koran tersebut.

Majalah lokal yang baru tentu juga akan merasa kemahalan untuk membayar fotografer profesional. Anda dapat menjadi fotografer untuk majalah seperti ini. Jangan mencari majalah yang sudah sangat terkenal karena tentunya mereka menggunakan jasa yang profesional. Anda juga dapat memilih majalah yang mempunyai konsentrasi pada bidang tertentu, seperti otomotif, fashion, dan gaya hidup lainnya. Carilah bidang yang anda sukai untuk diambil gambarnya dan jual foto anda kepada majalah dalam bidang tersebut, atau anda dapat menawarkan diri untuk menjadi freelance photographer.

Anda juga dapat menjadi fotografer untuk perumahan yang baru dibangun. Mungkin anda bisa berjalan-jalan ke suatu perumahan yang baru dibangun dan menghasilkan beberapa foto yang bagus dari rumah-rumah disana. kemudian, anda dapat menawarkannya kepada developer atau marketing property tersebut.  Jika foto anda menarik, maka bukan tidak mungkin foto anda akan dijadikan bahan untuk mengiklankan perumahan mereka. Tentunya anda akan mendapatkan bayaran yang lumayan, apalagi kalau perumahannya jadi laku karena foto anda di iklannya.

Internet juga merupakan sumber yang bagus untuk menghasilkan uang dengan kamera anda. Ada beberapa website yang menawarkan tempat untuk menjual foto yang berkualitas. Contohnya, www.fotolia.com. Website ini adalah tempat membeli dan menjual foto. Jadi, anda tinggal mengupload foto anda saja dan ketika ada yang tertarik, maka anda akan mendapatkan royaltinya.

Mungkin anda dapat menawarkan jasa anda untuk mendokumentasikan acara-acara tertentu, seperti ulang tahun sweet seventeen ataupun pernikahan. Biasanya pesta sweet seventeen dan pernikahan tidak akan mau dilewatkan begitu saja. Anda dapat menyebarkan kartu nama ataupun brosur untuk menggunakan jasa fotografi anda pada acara tersebut.

Jika foto studio yang ternama dan besar menawarkan jasa foto keluarga dengan harga yang mahal, maka anda dapat menawarkan harga yang berbeda. Anda dapat menyebarkan jasa untuk menghasilkan foto keluarga outdoor, berhubung anda belum mempunyai ruangan untuk foto indoor. Foto outdoor dapat dilakukan dimana-mana, seperti pantai cermin, brastagi, simalem. Tentunya dengan pemandangan yang indah dan kualitas foto yang bagus, jasa fotografi keluarga anda akan menyebar dan anda dapat menghasilkan banyak uang.

Usaha apapun jika dilakukan dengan konsisten dan fokus pasti akan bertumbuh. Jika jasa fotografi anda telah berkembang, maka anda yang semula hanya melakukan fotografi karena hobi dapat menghasilkan banyak uang. Peluang usaha yang hebat bagi seorang yang hobi fotografi.

Monday, July 4, 2011

Self Publisher, Terbitkan Sendiri Buku Anda, Mau?

Cara-cara penerbitan buku secara indie dapat dilakukan dengan prosedur dan tahapan berikut (ini sudah menjadi prosedur standar).

1. Menentukan naskah yang akan diterbitkan
2. Menentukan lay-out naskah dan ukuran buku yang akan diterbitkan
3. Membuat ISBN (International Standard Book Number)
4. Mencetak naskah setelah design selesai
5. Penentuan harga buku
6. Mendistribusikan buku pada pembaca

Bagaimana dengan biaya-biaya yang dibutuhkan untuk melakukan keenam tahapan itu? Untuk penentuan naskah yang mau diterbitkan bisa dilakukan sendiri, jadi gratis. Untuk urusan design bisa diserahkan pada orang lain atau dilakukan sendiri untuk menghemat biaya namun menyita waktu, kecuali kita ini pengangguran. Kalau dikerjakan orang lain tentu hasilnya akan lebih memuaskan dan design isi buku juga akan lebih menarik dan bagus. Namun perlu biaya, biasanya dikenakan biaya per lembar, rata-rata antara 5000 hingga 20.000 Rupiah per lembarnya, tergantung sang designer, kalau teman kita sendiri harga itu bisa ditekan (kalau tega).

Selesai pendesainan, kita perlu mencetak isi buku tersebut, kecuali kalau kita mau menjualnya dalam bentuk ebook, tak perlu susah-susahlah mencetak. Namun sebelum dicetak, kita harus membuat ISBN dulu. Adakalanya penerbit-penerbit Indie tidak membuat ISBN ini. Sekadar pengetahuan, ISBN adalah pengindentifikasi unik (nomor identifikasi) untuk buku-buku yang digunakan secara komersial.

Untuk biaya cetak carilah yang termurah (sudah pasti), apalagi kalau design buku yang sederhana tentu akan lebih murah lagi ongkos cetaknya. Kalau isi buku berwarna butuh biaya cetak yang besar, apalagi kalau dicetak di atas kertas art paper, akan lebih mahal lagi. Saat ini biaya cetak berkisar antara Rp3.000 hingga Rp30.000 per buku. Asumsi harga ini tergambar dari harga-harga buku yang beredar di toko buku. Misalnya, kalau harga buku itu sekitar Rp21.000 maka ongkos cetaknya sekitar Rp3000 per buku. Kalau harga buku Rp210.000 maka ongkos cetaknya itu berkisar 30.000. Ketebalan buku juga sangat menentukan harga. Untuk menentukan harga buku ini ada penjelasan khusus (sabar ya).

Prinsipnya dalam dunia percetakan, biaya cetak akan semakin murah kalau cetaknya banyak. Rata-rata, penulis-penulis indie mencetak bukunya berkisar antara 500 hingga 2000 eksemplar (eks). Harga cetak 500 eks itu hampir sama dengan 1000 eks (beda tipislah). Jadi daripada nyetak 500 mendingan nyetak 1000 eks. Dan harga cetak 1000 eks itu lebih mahal daripada nyetak 2000 eks, jadi lebih baik nyetak 2000 eks. Kalau nyetak cuma 500 eks, harga buku jadi lebih mahal. Rata-rata setiap penerbit komersil untuk cetakan pertama, cetak bukunya berkisar antara 3000 hingga 10.000 eks (kecuali buku pelajaran yang bisa mencapai 30.000 eks untuk cetakan pertama).

Habis nyetak, yang perlu dipikirkan adalah penentuan harga jual buku. Salah satu cara yang paling sering digunakan antara lain ongkos produksi dikali tujuh (Biaya Produksi x 7). Ongkos produksi ini dihitung mulai biaya desain, cetak, dan wara-wiri (biaya transport). Pengalaman beberapa teman saya, untuk satu judul buku rata-rata mereka bisa menghabiskan dana sekitar Rp10-15juta. Kalau total biaya produksi yang dihabiskan sekitar Rp10 juta dan buku yang dicetak sebanyak 2000 eks berarti ongkos produksi sekitar Rp5000 setiap bukunya. Jadi, harga buku itu bisa mencapai: Rp35.000 (Rp5000 x 7). Keuntungan yang diperoleh dari menjual 1000 eks saja bisa mencapai Rp35juta, berarti dapat untung sekitar Rp25juta. Andai sisa 1000 eks lagi tak laku atau dijual murah, kita tetap masih untung. Bisa dibayangkan sebuah penerbit besar dapat keuntungan tiap tahunnya berapa?

Tahap terakhir adalah masalah pendistribusian. Saat ini masalah prndistribusian tak perlu dikhawatirkan, banyak penerbit besar yang bersedia mendistribusikan buku kita ke berbagai toko buku dan penjuru nusantara. Biasanya fee yang dibayarkan berdasarkan kesepakatan masing-masing. Sebuah distributor buku adakalanya meminta margin keuntungan paling tinggi sebesar 60 banding 40, 60% keuntungan buat mereka sedang 40% buat kita. Andai keuntungan mencapai Rp25juta maka Rp15juta buat mereka, sisanya Rp10juta buat kita. Berarti kita masih dapat untung 10juta untuk biaya produksi 10juta (lumayan kan). Itu kalau yang laku 1000 eks, kalau lebih dari itu tentu lebih banyak lagi. Kalau tak laku? Hmmm, namanya juga bisnis.

Keuntungan menggunakan jasa distributor buku itu antara lain kita tak perlu repot memikirkan biaya distribusi, transportasi, iklan, maupun gaji marketing, kita tinggal terima laporan hasil penjualan dan pembagian keuntungan. Bayangkan kalau kita harus mendistribusikan buku sendiri, tentu repot. Apalagi kalau kita tak punya jaringan atau transportasi, pasti lebih repot. Kalau mau menjual ke toko buku juga banyak persyaratannya, harus punya NPWP, SIUP, dan sebagainya. Belum lagi pembagian keuntungan yang hampir sama dengan jasa ditributor.

Cara-cara menjadi self publisher di atas merupakan satu alternatif kalau mau berorientasi profit. 

Sumber: http://id.shvoong.com/how-to/money-and-business/2063499-rahasia-menjadi-self-publisher/#ixzz1R6LAv5oU

Sunday, July 3, 2011

Set your Dreambook

Kata "dreambook" diperkenalkan oleh Rangga Umara (Pemilik restoran Pecal Lele Lela) yang berarti buku impian. Sudahkah anda membuat buku impian anda?
Apa impian terbesar anda dalam hidup ini?
Ada berapa banyak? Tuliskanlah semuanya dalam sebuah buku, yang kemudian anda harus mempunyai misi-misi untuk mewujudkan impian tersebut. Mengapa impian harus dituliskan? Karena secara tidak langsung, ketika kita menuliskan impian, maka impian tersebut akan terstimulasi ke dalam alam bawah sadar. Alam bawah sadar lebih kuat daripada alam sadar. Selanjutnya, kita perlu memotivasi diri kita sendiri untuk terus mengejar impian kita, dan niscaya impian kita akan terwujud.
Berimpianlah setinggi-tingginya sampai hanya langit yang menjadi batasnya. Semua hal yang besar dimulai dengan hal yang sangat yang kecil, yaitu memiliki impian.

Hidup tanpa impian hanya menjadikan anda merasa hidup ini membosankan, penuh dengan rutinitas yang memajemukan. Tanpa tujuan hidup, seseorang yang hidup dengan flat pasti pernah berpikir, "kita hidup untuk apa sih? Hidup, ya begini begini saja." Tidak ada sesuatu yang bernilai, tidak ada sesuatu yang anda perjuangkan akan membuat hidup anda terasa tidak berharga. Cobalah anda renungkan, untuk apa anda hidup?
Cobalah melakukan sesuatu yang besar, kontribusikan apa yang bisa anda kontribusikan kepada dunia ini, jadikan hidup anda bernilai dan berharga, sebuah kehidupan yang patut diperjuangkan.

Oleh karena itu, lakukanlah dari hal yang kecil, yaitu bermimpi untuk menjadi yang besar. Tuliskan semua impian anda dalam sebuah buku, dan buatlah rencana untuk mewujudkannya, dan action!

Mari saya mulai dengan dreambook saya sendiri :
Bisnis impian saya :
1. Developer Property/ Real Estate Company
2. Education Emporium
3. Culinary Business Emporium
4. Motivator
5. Best Selling Author

Bagaimana dengan dream book anda?

NB : Feel free to comment :)

Unlimited Wealth by Bong Chandra

Unlimited Wealth merupakan buku best seller yang sudah dicetak sebanyak 10x dalam 10 bulan. Mantapp Banget..

Berikut intisari dari buku tersebut :

Untuk menciptakan kekayaan tanpa batas, sesuai judulnya, maka ada 4 poin penting :
1. Uang Vs Peluang
Kejarlah peluang dibandingkan uang. Sebagai contoh, jika anda mengejar uang dan mengenakan harga yang tinggi pada klien anda, maka konsumen yang akhirnya mengetahui bahwa mereka dikenakan harga yang tinggi oleh anda tidak akan mencari anda lagi, cukup sekali saja, dan bisa saja ini diteruskan kepada teman-temannya sehingga bisnis anda sulit berkembang. Jika yang anda kejar adalah peluang, maka dengan sendirinya peluang itu akan menghasilkan uang bagi anda dalam jangka panjang. Sebagai contoh, anda mengejar peluang untuk mendapatkan koneksi yang banyak, maka mungkin saja mereka akan menawarkan proyek yang hebat.

2. Jadilah yang "ter-"
Artinya, yang terbaik atau yang pertama. Sebagai contoh, jika bagi anda yang tidak terlalu mengikuti sepak bola, mungkin anda hanya mengenal David Beckham, jika anda tidak terlalu mengikuti dunia balap, mungkin anda akan mengingat Valentino Rossi. Siapa yang pertama mendarat di bulan? Neil Amstrong. Siapa yang kedua? Ketiga? Mungkin kebanyakan tidak akan mengetahuinya. Jadi, anda harus menjadi yang pertama nomor 1 atau terbaik, katakanlah Bong Chandra (Motivator Termuda Nomor 1 Asia). Jika ingin anda menjadi motivator termuda, namun sudah ada Bong Chandra untuk Asia dan Indonesia, bisa saja anda memakai nama "Motivator termuda Nomor 1 Medan"

3. Jadilah Sapi Ungu
Andaikan ada 1000 sapi, dan ada 1 yang berwarna ungu, tanpa disuruh melihat ke sapi ungu tersebut, mata anda pun akan langsung tertuju kepadanya, karena ada sesuatu yang berbeda. Ciptakanlah perhatian publik pada bisnis dan produk anda. Buatlah berbeda dari yang lain. Yang berbeda adalah nilainya. Contohnya Starbucks memiliki kopi yang sama dengan kedai kopi yang lain. Namun apa yang membuat Starbucks sukses adalah karena nilainya. Starbucks selain menjual kopi, dia juga menjual experience dalam minum kopi, membuat orang yang membeli kopi di Starbucks bergengsi. Lihatlah tempat Starbucks yang dikelilingi kaca disekelilinginya sehingga orang mempunyai membeli kopi disana terasa mempunyai gengsi yang tinggi.

4. Give is Rich
Give dulu baru Take. Jangan Take dulu baru give. Pada salah satu seminar Bong Chandra, dia memberikan stand gratis kepada seorang temannya yang merupakan orang yang sukses dan sangat sibuk, sangat sulit untuk mengajakanya seminar bareng. Namun, karena dia memberi dulu, maka orang tersebut dengan senang hati diajak berseminar bareng. Dengan memberi dulu maka anda akan menerima hal yang lebih besar.

Saturday, July 2, 2011

Broker Property, Peluang Usaha Menjanjikan dengan Modal Dengkul

Bidang Property sebenarnya merupakan hal yang telah lama saya idamkan, yaitu sejak saya SMA. Saya masih ingat pada saat saya chat bersama teman saya tentang pekerjaan impian kita. Saya berkata saya mau jadi investor property. Dia pun berkata kalau broker property oke mah, sekali jual rumah, katakanlah seharga 500juta, maka keuntungan seorang broker, katakanlah 3% saja, sudah berarti 15 juta. Ini berarti sekali jual rumah sudah dapat 15 juta, guys..
Saya baru siep membaca buku karangan Bong Chandra. Disana dikatakan Bong Chandra adalah seorang developer property. Saya pun mulai tertarik kembali ke property, mengingat 2 tahun lalu saya memang berkeinginan untuk berkecimpung di dunia property. Saya search internet, dan eng.. ing..eng.., ketemulah artikel tentang Broker Property.

Broker Property memang suatu peluang yang menjanjikan, apalagi dengan modal yang hampir 0. Anda dapat menjadi broker secara individual atau bergabung dengan agen properti yang sudah ada untuk mencari pengalaman, seperti Ray White, dan sebagainya. Nah, secara individual, bagaimana cara anda menjadi broker property?
Simpel saja, anda mencari properti yang mau dijual, menawarkan kerja sama untuk membantunya menjual propertinya dengan komisi sekian persen. Selanjutnya, anda tinggal mencari pembeli potensial. Setelah transaksi terjadi, maka anda akan mendapat komisi dari yang telah dijanjikan.

Cara mencari properti yang mau dijual sangat banyak. Contohnya, anda dapat menyebarkan pamflet untuk menghubungi anda apabila ada yang ingin menjual properti, ataupun berkeliling di sekitar lokasi untuk mencari apakah ada properti yang hendak dijual (biasanya ada tulisan 'dijual'). Anda dapat juga bekerja sama dengan developer properti, istilahnya sebagai freelance marketing.
Untuk mencari penjual juga dapat dilakukan dengan iklan, koneksi, pamflet, dan sebagainya.
Nah, selesai dhe, modal yang dikeluarkan? Palingan pulsa handphone, minyak kendaraan, dan mungkin juga biaya mencetak pamflet apabila anda menggunakannya.

Segala sesuatu yang diusahakan dengan sungguh-sungguh pasti akan membuahkan hasil yang maksimum.

Selamat Mencoba.. Salam Sukses Entrepreneur!

The Science of Luck

Buku The Science of Luck merupakan karangan Bong Chandra. Buku ini menjelaskan keberuntungan bukan dari sisi spiritual, melainkan sisi ilmiah. Saya barusan selesai membacanya dan akan menyajikannya per poin.

Nah readers, berikut intisarinya :

- Pernahkan anda merasakan hari sial atau hari beruntung? Good day dan Bad Day itu merupakan sebuah pola. Jika pada pagi harinya anda bangun dan merasakan segala sesuatu berjalan dengan tidak baik alias bad day, hancurkan pola tersebut. Ibaratnya, ketika anda sedang asyik bercerita dengan teman, dan sebuah suara petir yang keras membuat anda terkejut, tentunya setelah itu, anda akan lupa sampai dimana cerita anda, dan suasananya bisa menjadi berbeda dengan sebelumnya. Itulah pola keasyikan anda telah dihancurkan oleh suara petir tadi. Jadi, kalau sedang bertemu dengan kesialan, hancurkan pola kesialan itu, misalnya dapat melakukan hal-hal yang sama sekali tidak berhubungan : mendengar musik keras, dance, nyanyi, lari/jogging, dan sebagainya.

- Bangunlah rasa layak untuk mendapatkan apa yang anda inginkan. Rasakan bahwa anda layak mendapatkannya, dan bahkan telah bersiap-siap untuk mendapatkannya.

- Jangan meremehkan hal-hal kecil. Jangan sia-siakan peluang kecil yang datang kepada anda. Terimalah segala rezeki, baik rezeki yang kecil maupun yang besar. Perhatikan Detail, karena terdapat peluang dalam setiap detail.

- "Segala Sesuatu akan indah pada waktunya, Bila kita Menabur pada Waktunya." Jangan hanya menunggu secara pasif, tetapi aktiflah. Kita berusaha sesuai kemampuan kita, melaksanakan porsi usaha kita, dan Tuhan akan melaksanakan bagiannya. Intinya jangan hanya menunggu secara pasif.

- Pakailah daya ungkit waktu, daya ungkit nilai, daya ungkit manusia. Banyak hal dapat dijadikan daya ungkit.

- Tuhan terkadang memberikan ujian kecil kepada kita untuk mengetahui apakah kita siap menerima sesuatu yang besar. Tetaplah bersemangat dan keberuntungan akan mendekati anda.

- Milikilah attitude yang benar. Ada 4 cara untuk menciptkan keberuntungan anda secara ilmiah :
Selalu mengambil inisiatif, Usahakan selalu bertumbuh dan berubah ke arah yang lebih maju dan baik, Selalu berprasangka baik, Ubahlah kelemahan menjadi kekuatan.

- Milikilah sense of crisis lewat pikiran, tindakan, dan pilihan anda. Sense of crisis yaitu kita harus merasa peka dengan sekililing kita. Prinsip yang dipegang pak Bong : "Expect the best, plan for the worst, and do whatever it takes." Rencakan dulu yang terburuk untuk menghasilkan yang terbaik.
Ciptakan krisis lewat pikiran : anggaplah setiap hari anda adalah hari terakhir anda mengerjakannya dan lakukanlah yang terbaik
Ciptakan krisis lewat Tindakan : Jangan menyerah, tetaplah berjuang
Ciptakan krisis lewat pilihan : Jangan membuat plan B, karena plan B berarti anda merasa plan A akan gagal. Jadi, dengan tidak adanya plan B, berarti hanya ada satu plan yang harus anda sukseskan. Bagaimanapun anda harus sesuaikan dengan kondisi, bersikaplah fleksibel.

- Keberuntungan selalu menghampiri orang yang bergerak, orang yang aktif, bukan pasif.

- Anda dapat mengubah sesuatu untuk menciptakan keberuntungan bila sesuatu tersebut dapat diukur. Risetlah bisnis anda, dan aplikasikan sesuai dengan hasil riset anda. Keberuntungan akan datang apabila segala sesuatu telah berjalan denbgan baik.

- Pancing keberuntungan dengan hal-hal kecil. Jangan meremehkan hal-hal dan peluang kecil, karena bisa jadi itu tempat pijakan anda untuk sebuah keberuntungan yang besar.

- Daur ulang keberuntungan yang pernah anda raih. Misalnya, anda pernah memenangkan sebuah pertandingan. Untuk pertandingan selanjutnya, bayangkanlah kemenangan anda dulu sehingga akan menumbuhkan rasa percaya diri dan akhirnya anda siap untuk menang lagi.

Anda dapat membaca buku Science of Luck selengkapnya, karena terdapat lebih banyak contoh yang membuat anda lebih mengerti.

Good Luck Guys!

Saturday, January 22, 2011

Sudono Salim - Indonesian Old Dragon, Pernah Menjadi Orang Terkaya Se-Asia

Sudono Salim, Lahir 10 September 1915 yang atau lebih dikenal dengan nama Liem Sioe Liong (Hokkian) / Lin Shaoliang (Mandarin)

Pengusaha yg akrab disapa dengan panggilan Om Liem ini merupakan Pendiri Salim Group. Sudomo salim dikenal luas masyarakat dekat dengan mantan Presiden ke- 2 Republik Indonesia, Soeharto. 
Sempat menduduki peringkat pertama sebagai orang terkaya di Indonesia dan Asia. Bahkan, konglomerat yang dikenal sangat dekat dengan mantan Presiden Soeharto, ini sempat masuk daftar jajaran 100 terkaya dunia. Setelah krisis ekonomi dan reformasi politik, kekayaannya menurun.

Dia pun memilih lebih lama tinggal di Singapura, setelah rumahnya Gunung Sahari Jakarta dijarah dan diobrak-abrik massa reformasi. Kerusuhan reformasi 13-14 Mei 1998, itu tampaknya membuat Oom Liem trauma tinggal di Indonesia.

Walaupun kadang kala dia masih datang ke Indonesia, tapi hampir tidak pernah lama. Semua bisnisnya di Indonesia dikendalikan oleh anaknya Anthony Salim. Di bawah kendali Anthony Salim, belakangan kerajaan bisnisnya bangkit kembali dan tak mustahil akan kembali menjadi terkuat di Indonesia.

Sabtu 10-11 September 2005, Oom Liem merayakan hari ulang tahunnya yang ke-90 di Hotel Shangri-La Singapura. Acara berlangsung khidmat dan meriah dihadiri isteri, anak, cucu, dan kerabatnya. Dia tampak sehat dan bisa melangkah dengan sempurna. Dia juga menyampaikan sambutan dengan lancar.

Perayaan itu dihadiri sekitar 2.000 orang. Kebanyakan datang dari Indonesia dan sebagian dari Hongkong, Tiongkok, dan negara-negara lain. Para undangan mendapat pelayanan sebaik mungkin. Tidak hanya penginapan di Hotel Shangri-La, tetapi juga diberi tiket pesawat pulang-pergi (PP), meski banyak yang memilih membayar tiket sendiri.

Beberapa mantan pejabat dari Indonesia tampak hadir. Di antaranya Harmoko, Akbar Tandjung, Fuad Bawazier, Bambang Soebijanto, dan Agum Gumelar. Juga beberapa pengusaha seperti Mochtar Riyadi, Prajogo Pangestu, A Guan, Ciputra, Rachman Halim, dan Bintoro Tanjung.

Pesta perayaan HUT 90 itu diadakan dua malam berturut-turut. Pada hari pertama untuk teman-teman dan relasi bisnisnya yang datang dari Indonesia dan Tiongkok. Hari kedua untuk undangan dari Singapura, Amerika, dan Eropa. Kedua acara itu, antara lain, diisi pemutaran film dokumenter Oom Liem.

Film dokumenter itu mengisahkan perjalanan hidup Oom Liem. Di mulai tahun 1938, Tiongkok dilanda Perang Dunia Kedua. Lalu, Jepang menyerbu dengan kejamnya. Ketika itu banyak pemuda Tiongkok yang ingin menghindari perang, mereka pergi ke arah selatan (Indonesia).


Pemuda Liem yang kala itu berumur 21 tahun diperankan oleh aktor memakai kaus putih dan celana panjang putih memanggul bangkelan (karung kecil dari kain) yang berwarna putih jua. Beberapa saat anak muda Liem berdiri di atas bukit menghadap ke laut. Dia menatap ke laut yang luas. Di kejauhan, dia melihat sebuah kapal kecil yang sedang berlabuh. Dia melangkah menuju kapal itu dan naik.

Setelah berlayar sekian lama, kapal itu mendarat di Surabaya. Saat itu dia berharap akan dijemput kakaknya yang sudah lebih dulu merantau ke arah selatan (nusantara). Ternyata, harapannya tidak terpenuhi.


Selama empat hari dia tertahan di pelabuhan Surabaya. Tidak makan dan tidak minum. Imigrasi di Surabaya juga tidak membolehkannya keluar dari pelabuhan.

Sampai akhirnya, kakaknya datang menjemput. Liem dibawa ke Kudus untuk memulai bekerja di perusahaan rumahan, membuat kerupuk dan tahu. Di Kudus Liem berkenalan dengan gadis asal Lasem. Gadis itu sekolah di sekolah Belanda Tionghoa. Liem melamarnya, tapi orang tua si gadis tidak mengizinkan, lantaran takut anak gadisnya akan dibawa ke Tiongkok. Kekuatiran itu timbul melihat tampang Liem yang masih totok.

Tapi, Liem tak mau menyerah. Akhirnya lamarannya diterima dan diizinkan menikah. Pesta pernikahannya, bahkan dirayakan selama 12 hari. Maklum, keluarga isterinya cukup terpandang.

Setelah menikah, Liem makin ulet bekerja dan berusaha. Usahanya berkembang. Tapi, ketika awal 1940-an, Jepang menjajah Indonesia, usahanya bangkrut. Ditambah lagi, dia mengalami kecelakaan. Mobil yang ditumpanginya masuk jurang. Seluruh temannya meninggal. Hanya Liem yang selamat, setelah tak sadarkan diri selama dua hari.

Kemudian, Liem pindah ke Jakarta. Seirama dengan masa pemerintahan dan pembangunan Orde Baru, bisnisnya pun berkembang demikian pesat. Pada tahun 1969, Oom Liem bersama Sudwikatmono, Djuhar Sutanto dan Ibrahim Risjad, yang belakangan disebut sebagai The Gang of Four, mendirikan CV Waringin Kentjana. Oom liem sebagai chairman dan Sudwikatmono sebagai CEO. Perusahaan ini bergerak di bidang perdagangan, ekspor kopi, lada, karet, tengkawang dan kopra serta mengimpor gula dan beras.

The Gang of Four ini kemudian tahun 1970 mendirikan pabrik tepung terigu PT Bogasari dengan modal pinjaman dari pemerintah. Ketika pertama berdiri, PT Bogasari berkantor di Jalan Asemka, Jakarta dengan kantor hanya seluas 100 meter.

Kemudian tahun 1975 kelompok ini mendirikan pabrik semen PT Indocement Tunggal Perkasa. Pabrik ini melejit bahkan nyaris memonopoli semen di Indonesia. Sehingga kelompok ini sempat digelari Tycoon of Cement. Setelah itu, The Gang of Four ditambah Ciputra mendirikan perusahaan real estate PT Metropolitan Development, yang membangun perumahan mewah Pondok Indah dan Kota mMandiri Bumi Serpor Damai.



Selain itu, Oom Liem juga mendirikan kerajaan bisnis bidang otomotif di bawah bendera PT Indomobil. Bahkan merambah ke bidang perbankan dengan mendirikan Bank Central Asia (BCA) bersama Mochtar Riyadi. Belakangan Mochtar Riady membangun Lippo Bank.

Ketika itu, Oom Liem pernah jadi orang terkaya di Indonesia dan Asia. Serta masuk daftar 100 orang terkaya dunia.


Namun, seirama dengan mundurnya Presiden Soeharto dan akibbat terjadi krisis moneter, bisnis dan kekayaannya pun turun. Bahkan, Oom Liem terpaksa memilih bermukim di Singapura, setelah rumahnya di Gunung Sahari dijarah massa reformasi.

Kepemilikan Salim Group meliputi PT.Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Indomobil, Indocement, Indosiar Visual Mandiri , Kepemilikan Saham di Bank Central Asia ( 5%) , Indomaret,Indomarco dan Wings Group. 

Usahanya diteruskan anaknya yakni Anthony Salim dan menantunya Franciscus Welirang.

Tommy Winata - Indonesian Godfather

Tommy Winata (lahir dengan nama Oe Suat Hong di Pontianak, Kalimantan Barat,, 23 Juli 1958; umur 51 tahun), atau sering dikenal dengan inisial TW, adalah seorang pengusaha Indonesia keturunan Tionghoa yang merupakan pemilik Grup Artha Graha. Usahanya terutama bergerak dalam bidang perbankan, tekstil dan konstruksi. Ia seringkali didesas desuskan mempunyai kaitan dengan bisnis hitam dan ilegal.

Grup Artha Graha miliknya didirikan dengan dukungan dari TNI (dahulu ABRI), melalui beberapa kawan dekatnya seperti Eddy Sudradjat (dahulu KSAD, sekarang Ketua Umum partai PKPI).Ia termasuk "taipan" yang ditakuti karena di belakangnya konon berdiri tokoh-tokoh militer. Suginato Kusuma atau lebih dikenal sebagai Aguan juga adalah mitra Tomy dalam Grup Artha Graha.

Melalui Bank Artha Graha, Tomy menyelesaikan proyek Kawasan Bisnis Dan Properti Kelas atas seperti, Sudirman Central Business District (SCBD) , termasuk gedung bursa efek Jakarta. Selain itu Tomy mempunyai andil dalam pembangungan Bukit Golf Mediterania, Kelapa Gading Square, The City Resorts, Mangga Dua Square, Pacific Place, Discovery Mall Bali, Borobudur Hotel, The Capital Residence, Apartemen Kusuma Candra, Ancol Mansion, The Mansion at Kemang, Mall Artha Gading, Senayan Golf Residence.

Taipan muda ini konon menyuruh karyawannya merusak gedung majalah dan koran Tempo karena dituduh membakar pasar Tanah Abang pada awal 2003. Lalu ia memenangkan proses di pengadilan dan mendapatkan uang sebesar Rp. 500 juta.

Menangnya Tommy Winata dalam sidang ini, membuat para wartawan di Indonesia menjadi ketakutan dalam meliput berita.

Sekarang ini Tomy sedang merintis perkembangan bibit unggul padi yang diharapkan dapat meningkatkan produksi padi nasional Indonesia. Melalui PT Sumber Alam Sutera, Tomy bekerja sama dengan Guo Hao Seed Industries Co. Ltd. dari China untuk bersama2 mengembangkan bibit hybrid yang dapat meningkatkan produksi padi menjadi 5-8 ton/hektar.


Reputasi TW di dunia bisnis
Namanya terlanjur diidentikkan dengan perjudian. Tomy Winata alias Oe Suat Hong dikabarkan termasuk satu di antara sembilan anggota mafia judi bersandi "Sembilan Naga". Pria keturunan Taiwan ini disebut-sebut punya bisnis judi di Malaysia, Singapura, Hong Kong, dan Makao. Walau demikian, sampai sekarang belum ada bukti hukum yang menegaskan bahwa ia adalah raja judi. “Sejak dulu dan sampai hari ini, tidak ada bisnis saya yang bergerak di bidang perjudian,” katanya kepada Forum, November 2001. Kepada majalah itu, ia mengaku tak tahu apa yang dimaksud dengan “Sembilan Naga”. Ia lalu menegaskan, “Semua usaha saya legal dan resmi.”

Orang-orang di sekitarnya malah menyebutnya sebagai "orang baik" dan suka menolong kaum miskin. Sikapnya ramah dan terbuka. Bicaranya lugas, humornya tinggi. Penampilannya jauh dari kesan perlente. Jarang memakai jas dan dasi, laiknya konglomerat. Ayah lima anak ini lebih suka memakai setelan safari lengan pendek berwarna gelap.

Apa pun, sebagai penguasaha Tomy punya kisah sukses. Ia ulet dan tekun, merangkak dari bawah. TW—demikian ia biasa dipanggil—memulai usaha sejak remaja. Anak miskin yatim piatu ini bernasib mujur. Kala itu, 1972, pada usia baru 15 tahun, si “anak ajaib” diperkenalkan oleh seorang seniornya kepada sebuah instansi militer di Singkawang, Kalimantan Barat. Perkenalan itu membuahkan order: membangun kantor koramil di Singkawang.

Dari sini hubungannya dengan militer terus berlangsung, terutama dengan perwira menengah dan tinggi.Salah seorang di antaranya Jenderal T.B. Silalahi, mantan Sekjen Departemen Pertambangan dan Energi serta Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dalam Kabinet Pembangunan VI di masa Presiden Soeharto. Berkat Silalahi, ia mereguk order proyek: mulai dari membangun barak, sekolah tentara, menyalurkan barang-barang ke markas tentara di Irian Jaya dan di tempat-tempat lain seperti Ujungpandang dan Ambon.

Dalam waktu sepuluh tahun, Tomy berhasil mengembangkan imperium bisnisnya. Pada 1989, ia mendirikan PT Danayasa Arthatama. Lewat perusahaan ini, ia mengenal Yayasan Kartika Eka Paksi, milik Angkatan Darat. Berkongsi dengan yayasan itu, Tomy membangun proyek raksasa Sudirman Central Business District (SCBD) yang menelan investasi US$ 3,25 miliar, rampung seluruhnya pada Tahun 2007.

Rambahan bisnis Tomy meliputi perdagangan, konstruksi, properti, perhotelan, perbankan, transportasi, telekomunikasi sampai realestat. Di bawah payung PT Danayasa Arthatama, imperiumnya menjadi jaring bisnis yang terdiri atas 16 perusahaan. Pada 1997 saja, aset totalnya, menurut perkiraan Data Consult Inc., mencapai Rp 3,5 triliun. Pemilik sejumlah kapal pesiar ini juga ikut mengelola usaha pariwisata di Pulau Perantara dan Pulau Matahari di Kepulauan Seribu.

Pengusaha yang tercatat dalam daftar 12 pembayar pajak terbesar pada 1994 ini pernah diisukan membuka praktik judi di Pulau Ayer, Kepulauan Seribu. Pada Mei 2000, dalam suatu acara dialog di sebuah stasiun televisi swasta, Abdurrahman Wahid—waktu itu menjabat presiden RI—pernah bereaksi: “Tangkap Tomy Winata.” Entah dari mana, Gus Dur—panggilan Abdurrahman Wahid—memperoleh informasi bahwa di gugusan Kepulauan Seribu itu dijadikan arena judi kelas atas. Ia pun memerintahkan Jaksa Agung Marzuki Darusman dan Kepala Kepolisian RI (Kapolri) Letnan Jenderal Rusdihardjo menutup tempat judi di pulau itu.

Tapi, belakangan pihak aparat, bahkan Komisi B (Bidang Pariwisata) DPRD DKI Jakarta yang melakukan inspeksi mendadak ke pulau itu, tidak menemukan bukti sebagaimana yang dituduhkan Gus Dur. Pulau Ayer dikelola Pusat Koperasi TNI Angkatan Laut, bekerjasama dengan PT Global.

Selain namanya sering dikaitkan dengan perjudian, Tomy Winata juga kerap dituding berada di balik sejumlah penyerangan. Terkait Peristiwa 27 Juli 1996, ia dituduh punya andil dalam penyerbuan ke kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat. Itu lantaran pada malam sebelumnya, terjadi konsentrasi massa penentang Megawati di seputar Sudirman Central Business District. Tudingan ini dibantah Tomy.

Tomy dituduh berada di balik penyerangan kantor Himpunan Masyarakat Untuk Kemanusiaan dan Keadilan (Humanika) di Jakarta, pertengahan tahun 2002. “Kami baru mendengar tuduhan tersebut dan perlu kami jelaskan bahwa kami tidak tahu sama sekali soal itu,” ujar Tomy kepada Politikindonesia.com.

Lalu, 8 Maret 2002, dua ratusan massa yang mengaku anak buah Tomy menyerang redaksi majalah TEMPO di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat. Ia mengaku “mengenal” mereka, tapi membantah bahwa pengerahan massa itu ia yang perintahkan. Serangan ini terkait pemberitaan TEMPO tanggal 3 Maret bahwa sang taipan telah mengajukan proposal renovasi Pasar Tanah Abang senilai Rp 53 miliar, yang terbakar dua minggu sebelumnya, tiga bulan menjelang kebakaran. Meskipun dalam berita sudah termuat bantahan Tomy, Gubernur Sutiyoso dan Direktur Utama Pasar Jaya, konglomerat itu tetap tak terima. Anak buahnya pun berunjuk rasa dan melakukan kekerasan pada tiga wartawan TEMPO, termasuk pemimpin redaksinya.

Sukanto Tanoto - Raja Sawit dan Pulp - Orang Terkaya Indonesia versi Forbes 2006

Pendidikan:
- SD di Belawan (1960)
- SMP di Medan (1963)
- SMA di Medan (1966)
- Indonesia Executive Management Program, Insead, Prancis (1980)
- Harvard Business School, AS (1982)
- Wharton Fellows Program (2001)

Karir:
- Pengusaha Toko Onderdil Mobil di Medan (1968)
- Direktur CV Karya Pelita di Medan (1972)
- Direktur Utama PT Raja Garuda Mas (1973)
- Dirut PT Bina Sarana Papan di Medan (1976)
- Dirut PT Overseas Lumber Indonesia di Medan (1979)
- Dirut PT Gunung Melayu (1980)
- Dirut PT Inti Indosawit Sejati (1980)
- Dirut PT Saudara Sejati Luhur (1985)
- Komisaris Utama PT Inti Indorayon Utama (1983 – sekarang)
- Chairman & CEO Raja Garuda Mas International (sekarang)

Perusahaan di LN:
- National Development Coporation Guthrie di Filipina
- Electro Magnetic di Singapura
- Pabrik Kertas di China



Pria kelahiran Belawan, Sumatera Utara, 25 Desember 1949, bernama asli Tan Kang Hoo, ini seorang pengusaha Indonesia Keturunan Tionghoa yang telah sukses berinvestasi di lebih 10 negara. Chairman dan CEO PT Raja Garuda Mas International dan Komisaris Utama PT Inti Indorayon Utama, ini salah satu raja produsen minyak kelapa sawit dan pulp and paper di dunia. Dalam kondisi sulit, saat pemerintah mengambil kebijakan menaikkan harga minyak lebih 100%, Sukanto mengajak semua komponen bangsa bisa bekerjasama dan fokus pada bidang masing-masing, terutama supaya lapangan kerja tetap tertangani. Pengusaha tetap fokus pada bidang usahanya dan pemerintah fakus mengupayakan efisiensi.


Perihal, dia telah lebih sering tinggal di luar negeri, bahkan membuat markas pusatnya di Singapura, Sukanto mengatakan bahwa hal itu bukan berarti pihaknya lari ke luar negeri, melainkan berupaya mengembangkan pasar sampai ke luar negeri."Kita ingin buktikan bahwa pengusaha Indonedia tidak hanya jago kandang yang dapat fasilitas dari pemerintah. Tapi kami juga bisa menaklukkan dunia, dan kompetitor besar," kata Sutanto (Bisnis Indonesia, 23 Oktober 2005).

Dia memberi contoh, seperti Jepang. Toyota cari pasar di Indonesia dengan assembling mobil. Apakah mereka itu lari ke Indonesia? Tidak, mereka cuma cari pasar di negeri ini.Jadi, katanya, kalau kita ekspansi ke luar negeri, bukan melarikan diri, tapi berupaya meraih yang lebih besar lagi dan siap dalam persaingan.

Tanoto dinyatakan sebagai orang terkaya di Indonesia oleh majalah Forbes pada September 2006.
Sukanto Tanoto mengaku sosoknya mirip ibunya: tegas dan keras. Pernah suatu ketika Sukanto kecil ngeluyur pergi ke tepi laut. Waktu pulang, ditanya oleh ibunya, jawabnya mengarang-ngarang, Sukanto kecil dipukuli pakai rotan. “Saya paling banyak makan rotan,” kenangnya tentang sosok sang ibu. Tapi, dengan sifat keras dan tegas, termasuk dalam hal berbisnis, ia bisa menjadi salah seorang pengusaha papan atas Indonesia, memimpin sejumlah perusahaan di bawah grup Raja Garuda Mas Internasional.

Sebenarnya, sejak kecil, Sukanto—yang pada usia 12 tahun sudah gemar membaca apa saja, termasuk buku tentang revolusi Amerika dan Perang Dunia—bercita-cita jadi dokter. “Kalau dulu saya meneruskan ke fakultas kedokteran, saya jadi dokter,” ujarnya. Karena obsesi itu, sampai 1973-1974, ia masih senang pakai nama dokter Sukanto.

Tapi, saat baru 18 tahun, ayahnya, Amin Tanoto, sakit stroke. Sulung dari tujuh bersaudara ini lalu mengambil alih tanggung jawab keluarga: meneruskan usaha orangtua berjualan minyak, bensin, dan peralatan mobil. Pekerjaan yang tak asing baginya karena sepulang sekolah ia biasa membantu orangtuanya sambil membaca buku. Dan, dari situ Sukanto alias Tan Kang Hoo pertama kali belajar keterampilan bisnis, termasuk menerima kenyataan dan tidak menyerah dalam keadaan apa pun, serta mencari solusi.

Pindah dari kota kelahirannya, Belawan, Sumatra Utara, ke Medan, ia juga berdagang onderdil mobil, lalu mengubah usaha itu menjadi general contractor & supplier. Suatu ketika, datang Sjam, seorang pejabat Pertamina dari Aceh. “Waktu itu saya tidak tahu kalau dia pejabat,” kenang Sukanto. Ditawari kerja sama pekerjaan kontraktor, “Ya, mau-mau saja, wong saya masih muda,” ujarnya. Tak disia-diakan kesempatan itu, di Pangkalan Brandan, Sumatra Utara, Sukanto membangun rumah, memasang AC, pipa, traktor, dan membuat lapangan golf di Prapat. “Itulah technical school saya,” katanya. Untuk mencari bahan bangunan, ia sampai pergi Sumbawa, Lampung, pada usia 20 tahun.

Pandai melihat peluang, waktu impor kayu lapis dari Singapura menghilang di pasaran, di Medan ia mendirikan perusahaan kayu, CV Karya Pelita, 1972. “Negara kita kaya kayu, mengapa kita mengimpor kayu lapis,” ujarnya. “Saya itu pioner,” katanya. Di saat orang lain belum membuat kayu lapis, ia memproduksi kayu lapis dan mengubah nama perusahaannya menjadi PT Raja Garuda Mas (RGM), dengan ia sebagai direktur utama, 1973. Kayu lapis bermerek Polyplex itu diimpor ke berbagai negara Pasaran Bersama Eropa, Inggris, dan Timur Tengah.

“Strategy competition saya itu satu dua step sebelum orang mengerjakannya,” ungkapnya. Ketika belum ada orang membuka perkebunan swasta besar-besaran, walaupun waktu itu sudah ada perkebunan asing, di Sumatra, Sukanto membuka perkebunan kelapa sawit secara besar-besaran.

“Setelah itu baru kita bikin Indorayon,” tuturnya. PT Inti Indorayon Utama (IIU) yang bergerak di bidang reforestation menghasilkan pulp, kertas, dan rayon, serta mampu memasok bibit unggul pohon pembuat pulp di dalam negeri. Kehadiran IIU sempat ditentang masyarakat dan aktivis lingkungan hidup. Karena, ditengarai, Danau Toba tercemar berat oleh limbah pulp. Akibatnya, IIU sempat ditutup.

Tapi, Sukanto memetik hikmahnya: belajar dari kesalahan, agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. “Apa yang saya pelajari dari situ (Indorayon), lalu saya pakai di Riau,” ujarnya. Di Riau, ia membuka Hutan Tanaman Industri dan mendirikan pabrik pulp yang konon terbesar di dunia, PT Riau Pulp. Mulai berdiri 1995, karena krisis, baru jadi pada 2001. Di sekitar pabriknya, bersama lembaga swadaya masyarakat, Sukanto membuat program community development untuk penduduk setempat. “Saya tidak kasih ikan, tapi saya ajari mancing, itu yang kita kerjakan,” tuturnya. Antara lain, program community development: penggemukan sapi, pembangunan jalan, dan pertanian. “Mimpi saya, kalau saya dapat seratus pengusaha Riau itu jadi miliader, saya senang,” katanya lagi.

Usaha Sukanto yang lain adalah bank. Ketika United City Bank mengalami kesulitan keuangan, pada 1986-1987, ia mengambil alih mayoritas sahamnya dan bangkit dengan nama baru: Unibank. Di Medan, ia pun merambah bidang properti, dengan membangun Uni Plaza, kemudian Thamrin Plaza. Tidak hanya dalam negeri, ia melebarkan sayap ke luar negeri, dengan ikut memiliki perkebunan kelapa sawit National Development Corporation Guthrie di Mindanao, Filipina, dan electro Magnetic di Singapura, serta pabrik kertas di Cina (yang kini sudah dijual untuk memperbesar PT Riau Pulp). Sejak 1997, Sukanto memilih bermukim di Singapura bersama keluarga dan mengambil kantor pusat di negeri itu. Obsesinya, ingin jadi pengusaha Indonesia yang bersaing di arena global, minimal di Asia. Tujuan utamanya, menurut dia, “Bagaimana kita bisa memanfaatkan keunggulan kita, untuk bersaing, paling tidak di arena Asia.”

Kini, selain bisnis, ia hendak menulis buku tentang bagaimana entreprenur menghadapi krisis. “Yang mau saya lakukan itu adalah penelitian bagaimana pengusaha di Eropa itu survive, pada First World War, Second World War. Bagaimana pengusaha Amerika itu melewati krisis 1930. Bagaimana pengusaha-pengusaha di Cina, waktu perubahan rezim, ketika komunis masuk, bagaimana mereka itu survive. Saya juga akan mempelajari bagaimana pengusaha-pengusaha melalui Latin America krisis, yang di Brasil,” tuturnya. “Apa krisis itu memunculkan bibit-bibit entreprenur yang baru,” katanya lagi.

Sampai sekarang Sukanto masih hobi baca buku. Buku apa saja, baik yang bisnis maupun nonbisnis. “Setiap saya pergi, saya bawa buku,” katanya. “Kalau naik travel, kalau tidak tidur, ya, baca,” katanya lagi. Manfaatnya, menurut dia, selain untuk update pengetahuan, juga membantu sekali dalam binis dan kegiatan sosial sehari-hari. Satu lagi, pria yang menguasai dua bahasa asing, Cina dan Inggris, ini senang belajar. Ia pernah mengikuti kursus di Insead, Paris, di MIT, di samping tetap jadi peserta Lembaga Pendidikan dan Pemibinaan Manajemen, Jakarta. Sampai sekarang pun ia kadang mengambil cuti untuk mengikuti kursus pendek. “Karir saya satu lagi: siswa profesional abadi,” katanya. Dua-tiga minggu ia cuti untuk pergi ke Harvard, Tokyo, London School of Economic, untuk meng-update pengetahuan. Terakhir, 2001 lalu, ia mengikuti Wharton Fellows Program, Amerika, selama enam bulan, untuk belajar dotcom.

“Kalau di bisnis, kunci sukses saya: think, act, learn, baca, dengar, lihat,” katanya. “Kedua, kalau saya tidak tahu, saya tanya. Saya juga tidak merasa sungkan menceritakan kegagalan saya,” ujarnya lagi. Selain itu, pegangannya: do the right thing, do the thing right. Do the right thing diartikan sebagai suatu pedoman pada pola manajemen. Do the thing right memiliki penekanan terhadap pentingnya suatu action. “Prinsip saya, bisnis dan politik tak boleh campur,” ujar pengagum pengusaha plastik dari Taiwan, Wai-Sze Wang, ini. “Tidak ada proteksi. Bisnis, ya, bisnis,” katanya.

Menikah dengan Tinah Bingei Tanoto, Sukanto kini ayah empat anak. Ia memberi keleluasaan kepada anak-anaknya untuk memilih profesi. Olahraganya main snowski. Sukanto suka mendengarkan musik klasik yang ringan.

Aburizal Bakrie - Orang Terkaya se-Asia tenggara

Pengusaha kelahiran Jakarta, 15 November 1946 ini disebut oleh Globe Asia, majalah ekonomi lokal berbahasa Inggris, sebagai orang terkaya se Asia Tenggara. Kabarnya, kekayaan Ical mencapai 9,2 miliar dolar AS atau sekitar Rp 84,6 triliun. Dia pengusaha yang terbilang paling gemilang pada sepuluh tahun reformasi di Indonesia. Selain bisa keluar dari krisis ekonomi yang mengancam perusahaannya Bakrie Grup, malah menduduki posisi penting di pemerintahan dan dalam tempo singkat semakin kaya.


Menurut Globe Asia, dengan jumlah kekayaan sebanyak itu, berarti kekayaan mantan anggota MPR RI (1993-1998) ini lebih “wah” dibandingkan dengan harta kekayaan Robert Kuok (orang terkaya di Malaysia - memiliki 7,6 miliar dolar AS), Teng Fong (terkaya di Singapura - memiliki 6,7 miliar dolar AS), Chaleo Yoovidya (terkaya di Thailand - memiliki 3,5 miliar dolar AS), dan Jaime Zobel de Ayala (terkaya di Filipina – memiliki 2 miliar dolar AS).Dari manakah Ical memiliki kekayaan yang melimpah ruah?

Di bawah grup perusahaan Bakrie yang dipimpinnya, Ical mempunyai beragam bidang usaha: pertambangan batubara, perkebunan, minyak, properti, telekomunikasi, dan media massa. Di tahun 2008 ini saja, kabarnya, perusahaannya mendulang keuntungan yang tidak sedikit dari melonjaknya harga energi dan komoditas.

Mantan Presiden of Asean Chamber of Commerce & Industry ini, memang masih menghadapi masalah dengan salah satu perusahaannya (PT Lapindo Brantas) terkait meluapnya lumpur panas di Sidoarjo, Jawa Timur. Namun, hal tersebut tidak membuat bisnis yang dijalankan keluarga Bakrie terhenti. Tampaknya, grup perusahaan Bakrie terlalu tangguh untuk bisa dilumpuhkan hanya dengan semburan lumpur panas. Dengan gagah, grup perusahaan Bakrie tetap melangkah, maju ke depan.

Menurut publisher Globe Asia Tanri Abeng, alumni ITB itu berhasil meraih kekayaan yang melimpah berkat strategi bisnis yang diterapkannya. Dengan kepiawaiannya mengelola aset yang dimiliki perusahaan, termasuk melalui modal pinjaman, Ical mampu membangun usaha demi usaha hingga bisnisnya menggurita.

"Jadi, kalau dia awalnya punya aset 100, dijadikan jaminan untuk meminjam 400. Tapi, hasil dari 400 itu untungnya sangat besar. Itu yang digunakan untuk membayar," ujarnya.

Tanri, mantan manejer satu milyar Bakrie Grup mengakui, dirinya sama sekali tidak merasa heran melihat keberhasilan Ical menjadi orang terkaya di Indonesia bahkan di Asia Tenggara. Pasalnya, mantan Menko Perekonomian itu sangat lihai dalam melihat peluang investasi di Indonesia dan pandai dalam itung-itungan bisnis. "Dia itu pintar sekali itung-itungannya," puji Tanri.

Aburizal Bakrie boleh berbangga dengan penobatan dirinya sebagai orang terkaya di Indonesia dan se-Asia Tenggara. Tapi, yang menjadi kebanggaan itu sejatinya bukanlah semata-mata terletak dari besarnya kekayaan yang dimiliki. Melainkan, lebih kepada prestasi dalam membangun serta memajukan beragam bidang usaha.

Sebab, dengan begitu, berarti ia dan keluarganya telah menunjukan peran yang cukup besar dalam memajukan roda perekonomian nasional, khususnya menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat.

Kalaulah kebanggaan itu hanya karena banyaknya kekayaan yang dimiliki, barangkali, seorang koruptorlah yang paling “pantas” merasakan kebanggaan tersebut. Pasalnya, ia memang hanya memikirkan dirinya. Dia, bagai benalu yang sama sekali tidak memberi manfaat. Malah, menimbulkan mudharat.

Sungguh, tidak ada yang salah menjadi orang terkaya selama ditempuh dengan cara-cara yang elegan. Apalagi, kedudukan menjadi orang terkaya itu tercapai melalui upaya yang profesional, serta berdampak pada manfaat yang bisa dirasakan orang banyak. Bukan malah sebaliknya.



Prinsip Aburizal Bakrie :
Prinsip 1. Jangan pernah menyerah. Semua orang pasti mengalami kesulitan, problems. Tapi mereka yang sukses adalah mereka yang tidak pernah menyerah menghadapi setiap persoalan. Fainna ma al yusri yusron, wa inna ma al yusri yusron: dibalik setiap kesulitan, selalu ada jalan keluar.

Prinsip 2. Jangan pernah berhenti belajar, never stop learning. Wisuda bukanlah suatu akhir, tetapi justru sebuah awal dari proses panjang untuk belajar terus-menerus. Kunci kemajuan sebuah bangsa adalah ilmu pengetahuan, dan ia tidak mengenal usia karena ia berkembang terus menerus.

Prinsip 3. Jangan berada dalam gelap, jangan bawa dirimu dalam kegelapan. Do not bring yourself into the darkness. Kegelapan bisa berarti macam-macam: narkoba, kegagalan yang terus berlanjut, kemalasan, pesimisme, ketidakdisiplinan, dsb. Carilah jalan yang terang, terangilah sekelilingmu. Sebab dalam kegelapan, bahkan bayanganmu pun akan meninggalkanmu.

Prinsip 4. Be the best dimanapun Anda berada, jadilah yang terbaik, berikan yang terbaik, usahakan yang terbaik. Jangan pilih-pilih: kalau jadi guru, guru yang terbaik, kalau jadi insinyur, insinyur yang terbaik. Kalau jadi manajer, manajer yang terbaik, and so on.

Prinsip 5. Entrepreneurship. Yang menentukan bagi sukses seorang entrepreneur adalah kemauan, tekad, kesungguhan, dan kreatifitas, bukan besarnya modal, warisan atau pemberian orang. Modal besar gampang habis di tangan seseorang yang tidak kreatif dan tidak bersungguh-sungguh. Sebaliknya, sekecil apapun modal di tangan, ia akan menjadi besar dengan usaha yang sungguh-sungguh, pantang menyerah dan penuh kreatifitas dan kemampuan inovatif.

Prinsip 6. Networking. Bangunlah jaringan perkawanan seluas-luasnya, sejak awal di usia muda. We never know what future we will have. Tapi bersiaplah, bergaullah seluas-luasnya, buka kesempatan dengan mengenal semakin banyak orang di kalangan yang beragam.

Prinsip 7. Meyakini bantuan Allah akan datang manakala kita mau berusaha.